Ester Veronika

Mahkota dari Tabang: Kisah Haru Ester Veronika, Gadis Pedalaman yang Jadi Wajah Pariwisata Kalimantan Timur

Tenggarong – Di bawah cahaya lampu panggung malam Grand Final Putri Pariwisata Kalimantan Timur 2025, seorang gadis berusia 18 tahun dari pelosok Tabang berdiri dengan tangan bergetar dan mata berkaca-kaca. Saat nama Ester Veronika diumumkan sebagai pemenang, air matanya luruh bukan hanya karena mahkota di kepalanya, tapi karena perjalanan panjang yang akhirnya tiba di puncak.

“Jujur, saya tidak menyangka bisa menjadi juara pertama. Usia saya masih muda, tapi usaha dan persiapan selama masa karantina akhirnya membuahkan hasil,” ujar Ester dengan suara bergetar. “Momen paling berkesan adalah saat tinggal berdua di panggung, menunggu pengumuman. Deg-degan sekali rasanya.”

Ester bukan berasal dari kota besar. Ia tumbuh di Kecamatan Tabang, wilayah pedalaman Kutai Kartanegara yang jauh dari gemerlap panggung. Sejak kecil, ia akrab dengan alam, sungai, dan seni tradisi. Dari sana, kecintaannya pada tari dan musik daerah tumbuh.
Sejak kelas 4 SD, ia sudah terbiasa tampil di acara sekolah, membawa kebanggaan sederhana: memperkenalkan budaya daerahnya.

Perjalanan itu perlahan membentuknya dari penari kecil di panggung desa, menjadi Putri Pariwisata Kutai Kartanegara 2024, lalu melangkah mantap ke tingkat provinsi.

Namun, jalan menuju puncak tidak selalu mulus. Masa karantina YRCC penuh tekanan. Fisiknya sempat drop, suaranya hilang karena latihan dan persiapan yang padat. Tapi ia bertahan.

“Public speaking itu yang paling berat. Awalnya saya takut tidak bisa menyampaikan pesan dengan baik. Tapi setelah belajar dan berlatih, saya semakin percaya diri,” ujarnya melalui pesan WhatsApp, Minggu (5/10/2025).

Ketika kemenangannya diumumkan, ia hanya ingin menelepon dua orang: ayah dan ibu di Tabang.

“Mereka tidak bisa hadir. Tapi saya tahu, mereka mendoakan dari jauh. Tanpa doa mereka, saya tidak akan berdiri di panggung itu,” kata lulusan SMK Negeri 1 Tenggarong itu lirih.

Selain keluarga, Ester juga meneladani sosok Rinanda, Putri Pariwisata Indonesia Pendidikan 2025 asal Kalimantan Timur.

“Kak Rinanda membuktikan bahwa anak daerah bisa menembus panggung nasional. Beliau jadi alasan saya berani bermimpi lebih besar,” tutur Ester.

Kini, dengan mahkota di kepala dan tanggung jawab di pundak, Ester sadar: gelar hanyalah awal. Ia membawa misi besar sebagai duta wisata Kalimantan Timur.
Ia ingin menjadi edukator, promotor, dan inisiator. Salah satu langkah nyata yang sudah ia jalankan ialah program pengembangan wisata Air Terjun Gongpeo River di Tabang tempat asalnya yang ia ubah menjadi destinasi berkelanjutan dengan peluang ekonomi bagi warga sekitar.

“Wisata itu harus berkelanjutan. Saya ingin program ini tidak sekadar promosi, tapi benar-benar berdampak bagi masyarakat,” ujarnya tegas.

Ester percaya, kekuatan Kalimantan Timur terletak pada alam dan budaya. Ia tak lelah mengajak generasi muda untuk menjaga lingkungan sambil berkreasi.

“Kita harus menjaga kebersihan dan kelestarian alam agar pariwisata terus berkembang tanpa merusak lingkungan,” katanya.

Ia juga menilai, seni pertunjukan dan tradisi lokal seperti Erau di Kutai Kartanegara adalah bukti bahwa pariwisata dan budaya bisa tumbuh berdampingan — menjaga identitas sekaligus membuka peluang ekonomi kreatif.

Namun, di balik semua pencapaian itu, Ester tetap sederhana. Ia tahu, kemenangan ini bukan akhir, melainkan awal dari pengabdian.

“Jangan pernah takut gagal. Sekecil apa pun kontribusi kita, bisa berdampak bagi daerah,” pesannya untuk generasi muda.

Malam itu, di bawah tepuk tangan dan sorot lampu yang mulai redup, Ester memeluk mahkota barunya dengan senyum pelan.
Ia bukan hanya memenangkan gelar Putri Pariwisata Kalimantan Timur 2025 — ia memenangkan harapan banyak orang: bahwa dari kampung kecil pun, lahir generasi besar.

“Ini bukan untuk saya sendiri,” ujarnya pelan, “tapi untuk orang tua, keluarga, masyarakat Kutai Kartanegara, dan seluruh Kalimantan Timur.”

Malam itu, Ester Veronika bukan hanya mengenakan mahkota. Ia mengenakan mimpi seluruh anak muda yang percaya: asal berani berjuang, tak ada jarak antara Tabang dan panggung dunia.

Facebook
Twitter
WhatsApp
Telegram