Jakarta – Mohammed bin Salman (MBS), putra mahkota yang berpengaruh dan penguasa de facto Arab Saudi, mengungkapkan adanya ancaman pembunuhan yang telah ditujukan kepadanya.
Ancaman mengerikan ini, menurutnya, muncul seiring dengan langkah-langkah berani yang ia tempuh sebagai upaya untuk menormalisasi hubungan antara Arab Saudi dan Israel.
Pengakuan tersebut disampaikan langsung oleh MBS kepada anggota parlemen Amerika Serikat dalam sebuah pertemuan rahasia yang berlangsung beberapa waktu lalu.
Menurut sumber yang mengetahui pertemuan itu, MBS dengan tegas menyatakan bahwa risiko ini tidak dapat diabaikan.
“MBS tahu banyak tentang pembunuhan. Akhir-akhir ini, ia memberi tahu anggota parlemen Amerika Serikat bahwa ia berisiko mengalami pembunuhan,” ujar sumber itu, menekankan keseriusan situasi yang dihadapi oleh putra mahkota Arab Saudi, dikutip Kamis (15/8/2024).
Langkah yang diambil MBS untuk menjalin hubungan lebih erat dengan Washington dan Tel Aviv memang merupakan upaya yang terbilang cukup besar.
Dalam pembicaraannya tersebut, ia bahkan menyinggung tragedi yang menimpa mantan presiden Mesir, Anwar Sadat, yang dibunuh setelah menandatangani perjanjian damai dengan Israel pada tahun 1979.
MBS pun mempertanyakan apakah Amerika Serikat benar-benar mengambil langkah yang cukup untuk melindungi sekutunya saat itu, dan bagaimana perlindungan yang bisa ia dapatkan jika kesepakatan serupa terwujud di masa kini.
Selain itu, putera mahkota juga menegaskan bahwa normalisasi hubungan Arab Saudi-Israel harus mencakup jalan yang jelas menuju terbentuknya negara Palestina, terutama setelah ketegangan yang semakin meningkat di Gaza.
Menurutnya, tanpa langkah nyata ke arah itu, posisi Arab Saudi di dunia Muslim juga bisa terguncang, dan ancaman yang ia hadapi akan semakin besar.
Meski begitu, MBS tidak sepenuhnya menutup pintu bagi kerja sama dengan Israel. Namun, ia menyadari bahwa keputusan ini membawa risiko yang tinggi.
“Orang Saudi sangat peduli tentang ini, dan seluruh Timur Tengah sangat peduli tentang ini,” katanya, mengingatkan bahwa tanggung jawab sebagai penjaga tempat-tempat suci Islam menuntutnya untuk mempertimbangkan masalah ini dengan serius.
Di balik layar, perundingan antara Arab Saudi, Amerika Serikat, dan Israel masih terus berlangsung, dengan banyak detail yang dirahasiakan.
Kesepakatan tersebut tidak hanya mengenai pembukaan hubungan diplomatik, tetapi juga mencakup jaminan keamanan dari Amerika Serikat, bantuan untuk program nuklir sipil, dan investasi ekonomi di berbagai sektor.
Jika kesepakatan ini tercapai, keuntungan besar akan dirasakan oleh Israel, mengingat peran strategis Arab Saudi di dunia Muslim. Namun, ketidakpuasan MBS terhadap Israel yang enggan memasukkan isu kemerdekaan Palestina dalam kesepakatan menjadi batu sandungan yang belum terselesaikan.
Sejauh ini, pihak dari Arab Saudi pun belum memberikan komentar resmi mengenai laporan ini. Kedutaan Besar Arab Saudi di Washington juga memilih untuk tidak memberikan tanggapan atas pertanyaan terkait ancaman pembunuhan terhadap MBS.